Selamat Datang di WebSite Resmi Desa SUNGAI DUSUN, Kecamatan Batang Tuaka - Kabupaten Indragiri Hilir - Riau

Artikel

Cerita Rakyat Melayu Riau, Legenda Batang Tuaka

21 Agustus 2022 22:07:08  Administrator  6.440 Kali Dibaca 

Batang Tuaka adalah nama sungai (batang) yang berada di Indragiri Riau. Menurut cerita rakyat Melayu, munculnya sungai Batang Tuaka ini merupakan perwujudan dari tangisan seorang ibu yang telah didurhakai oleh anaknya serta tangisan anaknya yang memohon ampun kepada ibunya.

Cerita Batang Tuaka bermula pada zaman dahulu di daerah Indragiri Riau, hiduplah seorang wanita bersama anak laki-lakinya yang bernama Tuaka. Mereka hidup di sebuah gubuk yang terletak di muara sebuah sungai. Ayah Tuaka telah lama meninggal. Mereka saling menyayangi. Tuaka selalu membantu emaknya yang bekerja keras untuk penghidupan mereka.

Mereka sering ke hutan untuk mencari kayu bakar agar bisa dijual. Pada suatu ketika, dalam perjalanan pulang dari hutan, mereka melihat 2 ekor ular besar sedang berkelahi. Mereka segera berlindung dan mengamati perkelahian tersebut. Sepertinya 2 ekor ular tersebut sedang memperebutkan berupa sebutir permata. Akhirnya salah satu ular itu mati dan satunya lagi sangat kesakitan oleh luka-lukanya. Tuaka dan emaknya berusaha menolong ular itu dan membawanya pulang untuk dirawat.

Beberapa hari kemudian, ular tersebut mulai sembuh dan menghilang dari rumah Tuaka. Permata hasil kemenangan perkelahiaanya dahulu ditinggalkan dalam keranjang di rumah Tuaka. Tuaka dan emaknya terheran-heran dan mengamati permata itu dengan kagum.

“Mengapa ular itu meninggalkan permatanya, Mak?” tanya Tuaka.

“Mungkin ular itu ingin berterima kasih kepada kita. Sebaiknya permata itu kita jual dan hasilnya bisa digunakan untuk berdagang,” jawab Emak Tuaka penuh rasa syukur.

Permata itu laku dijual Tuaka dengan harga tinggi kepada seorang saudagar, cuma sayangnya uang saudagar tersebut kekurangan uang dan mengajak Tuaka ikut ke Temasik untuk menjemput semua uang tersebut. Setelah berpamitan dengan emaknya, Tuaka pun pergi ikut saudagar itu ke Temasik (Singapura).

Sesampai di Temasik, saudagar membayar semua uang kepada Tuaka. Karena uang berlimpah, Tuaka lupa akan pulang ke kampung halamannya. Dia berdagang dan menetap di Temasik dan menjadi saudagar kaya raya. Rumahnya megah, kapalnya banyak, istrinya pun cantik. Dia tak ingat lagi dengan emaknya yang miskin dan hidup sendirian di kampung.

Suatu hari, Tuaka mengajak istrinya berlayar dengan kapal ke suatu tempat. Kapal megah Tuaka akhirnya berlabuh di kampung halamannya. Tetapi, rupanya Tuaka enggan menceritakan kepada istrinya. Tuaka tidak mau istrinya mengetahui bahwa dirinya adalah anak seorang wanita tua yang miskin.

Sementara itu, kedatangan Tuaka terdengar sampai ke telinga emaknya. Emaknya bergegas menyongsong kedatangan anak lelakinya yang lama telah pergi. Emak pun bersampan mendekati kapal megah Tuaka.

“Tuaka anakku. Emak merindukanmu, nak,” teriak emak dari sampan.

“Siapa gerangan wanita tua itu,” tanya istri Tuaka.

Tuaka yang malu mengetahui emaknya yang tua dan miskin datang ke kapal megahnya, pura-pura tidak mengenalinya.

“Hei penjaga, jauhkan wanita tua miskin itu dari kapalku. Dasar orang gila tak tahu diri! Beraninya dia mengaku sebagai emakku,” teriak Tuaka.

Emak Tuaka pergi menjauh dengan sedih. “Oh Tuhan... ampunilah dosa Tuaka karena telah durhaka kepadaku. Berilah dia peringatan agar menyadari kesalahannya,” ratap Emak Tuaka. Rupanya Tuhan mendengar ratapan emak Tuaka. Tiba-tiba Tuaka berubah menjadi seekor elang dan istrinya menjadi seekor burung punai. Emak Tuaka terkejut dan juga sedih melihat anaknya berubah menjadi burung elang, karena emak pun masih menyayangi anaknya tersebut.

Burung elang dan burung punai itu pun terus berputar-putar sambil menangis di atas emak Tuaka. Air mata kedua burung itu terus menetes dan membentuk sungai kecil yang semakin lama semakin besar. Sungai itu kemudian diberi nama Sungai Tuaka (Batang Tuaka). Jika di suatu siang tampak seekor elang terbang di sekitar muara Batang Tuaka sambil berkulik atau menangis, burung tersebut diyakini masyarakat sekitar sebagai penjelmaan Tuaka yang menjerit memohon ampun kepada emaknya.

Ringkasan cerita Batang Tuaka di atas disadur dari Buku Cerita Rakyat Melayu berjudul “Batang Tuaka” yang ditulis oleh Yulia S. Setiawati dan Daryatun yang diterbitkan oleh Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu bekerjasama dengan Adicita Karya Nusa, cetakan pertama bulan April tahun 2005.

Artikel Cerita Rakyat Riau Batang Tuaka ini pernah dipublikasikan pada Riaumagz versi 1.0 pada tanggal 7 November 2012

Sumber : tamadunmelayu.info

Kirim Komentar


Nama
No. Hp
E-mail
Isi Pesan
  CAPTCHA Image  
 

 MASUK

 Kepala Desa

 Peta Desa

 Agenda

 Statistik

 Sinergi Program

Sinergi Program

 Pemerintah Desa

 Peta Lokasi Kantor


Kantor Desa
Alamat : Jl. Lintas Sungai Luar
Desa : Sungaidusun
Kecamatan : Batang Tuaka
Kabupaten : Indragiri Hilir
Kodepos : 29252
Telepon :
Email : desasungaidusun.inhil@gmail.com

 Media Sosial

 Profil Desa

 Statistik Pengunjung

  • Hari ini:85
    Kemarin:163
    Total Pengunjung:40.672
    Sistem Operasi:Unknown Platform
    IP Address:3.133.109.211
    Browser:Mozilla 5.0